Rabu, 10 Februari 2010

diary_me_ly

sulit sekali rasanya untuk tersenyum dan merasa tenang ketika berada disekolah untuk mengajar.. berbeda sekali dengan apa yang ku ingini ketika aku ber angan2 setiap datang kesekolah dari pukul 08:00 sampai pukul 13:00 untuk menjadi diriku yang penuh semangat dan senyuman......

huUuuh...... aku lelah..
tidak ada teman maupun sahabat buat tempat aku bercerita,, rasanya hampa sekali rasanya aku ingin menyerah saja sampai disini...
Tuhan bantu aku, aku lelah, aku tak tau lagi mau berkeluh kesah dengan siapa.....

Minggu, 15 Februari 2009

Mencari Objek Wisata Alam Baru










































KEKAYAAN alam yang dimiliki oleh Propinsi Kalimantan Selatan sebenarnya cukup potensial untuk dikembangkan, dengan memanfaatkan kekayaan alam berupa kawasan hutan tropis yang kaya dengan keindahan alamnya. Kekayaan alam ini baru sebagian kecil dimanfaatkan sebagai objek-objek wisata alam, oleh karena itu pemanfaatan kekayaan alam terbatas pada daerah tertentu, misalnya Pulau Kembang, Waduk Riam Kanan, Gua Batu Hapu atau Tahura Sultan Adam dan lain-lain.





Sebenarnya jika kita mau sedikit meluangkan waktu untuk menelusuri sepanjang pegunungan Meratus, maka di sana akan kita temukan beberapa potensi alam yang tidak kalah menariknya dari objek-objek wisata yang ada.





Gunung Kahung, Gunung Haur Bunak, Gunung Aur Bunak, keberadaannya sekarang ini telah dikenal oleh masyarakat Kalimantan sendiri maupun wisatawan mancanegara dengan hutan hujan tropisnya atau dengan keindahan riam dan mandinnya [air terjun]. Secara tidak langsung ini juga telah memperkenalkan keberadaan hutan-hutan yang ada di Kalimantan Selatan.





Berbicara tentang mandin, rasanya tidak lengkap kalau kita tidak membicarakan tentang Mandin Tinggi, mandin yang terdapat di antara Gunung Manjam dan Gunung Aurbunak yang memiliki ketinggian sekitar 60 meter dengan segala panorama alamnya yang mempunyai daya tarik tersendiri.





Untuk sampai ke Mandin Tinggi, diperlukan waktu selama 2 hari dengan jalan kaki [1 hari = 10 jam perjalanan] melalui beberapa perbukitan dan sungai-sungai yang mengalir di setiap daerah yang akan kita lalui, menambah keindahan alam pegunungan.





Dengan menyusuri jalan-jalan setapak dari Desa Puli'in di tengah perjalanan kita akan menjumpai Riam Bagugur, cukup indah memang dan tidak begitu jauh dari riam tersebut tibalah kita di Simpang Tiga Warihin yang satu sungainya berwarna keruh.





Menurut masyarakat setempat sungai tersebut memang selalu berwarna keruh karena di atas sana, jauh di hulu sungai ada kegiatan penambangan emas secara tradisional baik oleh penduduk Desa Puli'in maupun desa lain sekitar pegunungan tersebut. Sehingga tidaklah mengherankan kalau sebagian Sungai Warihin berwarna keruh.





Banyak lagi yang akan kita jumpai apabila kita melanjutkan perjalanan menuju Mandin Tinggi, Riam Tahantak, Mandin Balungsur bahkan Mandin Sagunungan dapat kita temui dengan segala keindahannya.





Dan masyarakat Desa Puli'in dan sekitarnya yang masih memiliki rasa solidaritas sosial yang tinggi seakan memberikan dan menawarkan kepada kita keramahtamahan masyarakat sekitar pegunungan.





Hal-hal yang diungkapkan di atas sebenarnya sudah dirasakan sendiri secara langsung oleh beberapa anggota Kompas "Borneo" Unlam [KBU] yang telah melakukan pengamatan langsung di lapangan.





Bermula dari ide untuk mengadakan perjalanan dalam rangka mengisi liburan semester, kemudian ditetapkan untuk mengadakan perjalanan menelusuri hutan yang ada di daerah Waduk Riam Kanan.





Perjalanan dimulai dari Banjarmasin pada hari Sabtu [18 Jul.] pukul 08.00 Wita menuju Desa Tiwingan, Kecamatan Aranio Kab Banjar. Di sini terdapat sebuah bendungan milik PT PLN Persero Wilayah VI. Dari Desa Tiwingan perjalanan diteruskan dengan naik kapal [kelotok] menuju Desa Puli'in yang merupakan sebuah dusun dari Desa Artain.





Tim KBU bermalam satu malam di rumah penduduk sambil mencari informasi tentang di mana letak air terjun atau sering disebut masyarakat setempat dengan nama mandin.





Di sini Tim KBU memperoleh informasi tentang sebuah mandin yang bernama Mandin Sagunungan yang menurut informasi mempunyai ketinggian hampir 100 meter sesuai dengan namanya yaitu Mandin Sagunungan yang berarti air terjun tersebut mempunyai ketinggian seperti gunung.





Keesokan harinya jam 08.15 Wita, tim KBU memulai perjalanan. Sesuai dengan petunjuk dan informasi yang didapat maka perjalanan ini dilakukan dengan mengikuti aliran sungai menuju ke arah hulu. Pada awal perjalanan setelah keluar dari Desa Puli'in, maka yang akan dilalui adalah hutan hujan tropis yang cukup lebat, namun di hutan ini jalan yang dilewati merupakan jalan setapak sehingga tidak perlu merambah untuk mencari jalan.





Setelah satu jam berjalan di dalam hutan kemudian yang akan dilewati adalah padang penggembalaan kerbau milik penduduk. Kerbau-kerbau ini bisa dikatakan lepas di tengah padang atau bahkan masuk hutan.





Miniatur Niagara





Sekitar pukul 12 siang tim sampai di Riam Bagugur, di mana di sini akan ditemui sebuah riam yang mempunyai lebar sekitar 50 meter dan mempunyai ketinggian 4 - 5 meter. Sebelum mencapai Riam Bagugur, perjalanan tim KBU disertai hujan yang cukup deras sehingga pada saat tiba di Riam Bagugur, air sungai yang turun dari hulu sangat deras dan meluap sehingga pemadangan yang ditemui di Riam Bagugur sangat luar biasa. Oleh karena itulah tim sependapat jika Riam Bagugur ini merupakan miniaturnya dari air terjun Niagara.





Di Riam Bagugur ini tim istirahat untuk makan siang. Setelah itu kembali meneruskan perjalanan. Sebagian besar perjalanan yang dilakukan adalah berada di dalam hutan hujan tropis yang cukup lebat dan masih jarang dimasuki manusia selain para pencari rotan dan garu. Di sepanjang perjalanan ini kita temui pemandangan yang benar-benar masih alami dan asli. Pukul 5 sore tim menghentikan perjalanan dan mencari tempat berkemah dan bermalam, dan besoknya meneruskan perjalanan.





Pukul 9 pagi tim kembali melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan hari kedua ini banyak hal yang ditemui. Di antaranya sebuah air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar 10 meter.





Pada air terjun ini, airnya jatuh dua kali. Artinya setelah jatuh lalu menghantam batu kemudian langsung jatuh lagi dengan ketinggian masing-masing 5 meter. Selain air terjun ini masih banyak lagi yang lain yaitu riam-riam dan jeram yang cukup deras.





Dalam perjalanan hari kedua ini hutan yang dilalui adalah hutan primer yang cukup sulit untuk dijalani. Selain hutannya lebat, jalannya sebagian mendaki.





Namun karena sebagian areal hutan bekas terbakar maka jalur yang dilewati menjadi sedikit lebih mudah. Semak-semak berduri yang mati karena bekas terbakar masih belum tumbuh , sehingga tidak terlalu banyak merambah untuk membuka jalan. Sekitar pukul 5 sore tim kembali beristirahat untuk berkemah.





Seperti perjalanan hari sebelumnya, perjalanan di hari ketiga ini juga diwarnai dengan berbagai hal baru. Jalan yang dilewati semakin banyak yang menanjak, namun tumbuhan semaknya tidak terlalu rapat sehingga perjalanan tim menjadi lebih cepat. Sekitar pukul 12 siang tim berhasil sampai di lokasi air terjun Mandin Tinggi yang mempunyai ketinggian sekitar 70 - 75 meter dengan lebar 10 meter.





Mandin Tinggi ini berada di kaki Gunung Aur Bunak, yaitu kira kira setengah dari ketinggian Gunung Haur Bunak yang merupakan salah satu gunung tertinggi di daerah pegunungan Meratus khususnya di daerah Waduk Riam Kanan.





Menurut pengamatan, hutan yang dilalui adalah hutan asli atau hutan alam yang masih bagus. Di hutan itu tidak banyak dilakukan aktivitas masyarakat seperti penebangan kayu yang besar, yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem hutan.





Namun tidak dapat dipungkiri ada sebagian masyarakat setempat yang memanfaatkan hutan ini. Misalnya dengan mencari rotan atau garu, bahkan juga ada yang melakukan penebangan kayu di hutan. Tapi ini dilakukan masyarakat setempat hanya terbatas pada kebutuhan papan keluarga mereka saja. Artinya tidak untuk diperjualbelikan atau dibisniskan.





Mereka menebang kayu di hutan yang merupakan kawasan konservasi inipun juga berdasarkan izin pihak kehutanan dengan syarat tidak untuk dikomersilkan.





Hutan tersebut merupakan sebagian hujan hujan tropis yang ada di daerah ini, selain hutan homogen yang merupakan wilayah Hutan Tanaman Industri [HTI] milik beberapa perusahaan besar --yang kadang-kadang kurang memperhatikan kelestarian hutan.





Mengapa begitu? Menurut informasi, ada sebagian hutan hujan tropis asli yang digusur atau ditebang untuk dijadikan areal HTI dan ada juga sebagian hutan hasil reboisasi dari pihak kehutanan yang juga turut digusur hanya untuk dijadikan areal HTI.





Mengapa harus menggusur hutan yang sudah ada jika masih ada lahan lain yang masih belum ditanami dan bersifat kritis. Apakah tidak sebaiknya memanfaatkan yang belum dimanfaatkan daripada merusak yang ada?





KOMPAS "Borneo" UNLAM